03 January 2017

RINGKASAN ILMU SOROF TASRIF ISTILAKHI

RINGKASAN ILMU SOROF TASRIF ISTILAKHI
PENDAHULUAN
A. CARA DAN TARGET BELAJAR ILMU SOROF
1. Harus bisa mentashrif. Mentashrif maksudnya adalah mengubah sebuah kata menjadi kata lain yang memiliki makna bermacam-macam. Misalnya, dengan ilmu Shorof, kita bisa mengubah fi’il madhi menjadi fi’il mudhore, fi’il amer, dan fi’il nahyi dll.
2. Harus bisa membedakan bentuk kata berdasarkan pelakunya, baik itu orang ke-3, orang ke-2, atau orang ke-1.
B. LANGKAH-LANGKAH BELAJAR ILMU SHOROF
1. Mengetahui Dan Memahami pengertian Istilah Kata
Fi'il, madzi, mudzori', amar, nahi, isim, masdar, masdar mim, dzomir, fail, maful, zaman, makan, alat, tsulasi, ruba'I, mujarod, mazid, mulhaq, ma'lum, majhul, sohih, salim, mudho'af, mahmuz, mu'tal, idghom, mufrod, tasniah, jama', mutakallim, mukhotob, ghoib.
2. Mengetahui dan menghafalkan cetakan kata
3. Mengetahui, memahami, menghafalkan faidah suatu cetakan kata
4. Mengetahui dan memahami pembagian fi'il menurut waktunya
5. Mengetahui dan memahami pembagian fi'il menurut pelakunya
6. Mengetahui dan memahami pembagian fi'il huruf asli dan tambahanya
7. Mengetahui dan memahami pembagian fi'il huruf sohih dan ilatnya
C. ILMU SHOROF
a) Pengertian
Ilmu Shorof yaitu ilmu tentang perubahan kata dari bentuk kata satu kepada bentuk-bentuk lainnya sesuai dengan makna yang dikehendaki.
b) Pembagian
Ilmu shorof dibagi menjadi 2
1. Ilmu sorof yang mempelajari tentang perubahan lafadz dan maknanya, disebut TASRIF
Tasrif di bagi menjadi 2 yaitu
1) Tasrif Istilahi/Horisontal : perubahan bentuk kalimah dari fiil madzi sampai ism alat. Jumlah perubahan Sighotnya (bentuk kata) ada 13 yaitu
1. Sighot Fi'I' madhi : bentuk kata yang menunjukan arti waktu lampaunya pekerjaan
2. Sighot Fi'il mudhori' : bentuk kata yang menunjukan arti waktu sekarang atau akan datangnya pekerjaan
3. Sighot Isim masdar ghoiru mim : bentuk kata yang menunjukkan arti pengukuhan pekerjaan
4. Sighot Isim masdar mim : bentuk kata yang menunjukkan arti pengukuhan pekerjaan
5. Sighot Isim dhomir : bentuk kata ganti
6. Sighot Isim fail : bentuk kata yang menunjukan arti orang yang melakukan pekerjaan
7. Sighot Isim isyaroh : bentuk kata tunjuk
8. Sighot Isim maful : bentuk kata yang menunjukan arti orang yang dikenai pekerjaan
9. Sighot Fiil amar : bentuk kata yang menunjukan arti perintah pekerjaan
10. Sighot Fiil nahi : bentuk kata yang menunjukan arti larangan pekerjaan
11. Sighot Isim zaman : bentuk kata yang menunjukan arti waktunya pekerjaan
12. Sighot Isim makan : bentuk kata yang menunjukan arti tempatnya pekerjaan
13. Sighot Isim alat : bentuk kata yang menunjukan arti alatnya pekerjaan
2) Tasrif Lughowi/Vertikal : perubahan bentuk kalimah yang mengandung isim dhomir/kata ganti.
Jumlah perubahan sighotnya ada 14.
2. Ilmu sorof yang mempelajari tentang perubahan lafadznya saja disebut ilmu I'LAL
D. WAZAN DAN MAUZUN
Wazan ( الوزن ) adalah cetakan suatu kata yang terdiri dari huruf fak, 'ain dan lam secara berurutan serta huruf tanbahan ya' atau tak, alif, nun, hamzah, wawu, mim dan huruf dobel.
Mauzun adalah kata yang di ikutkan wazan
contoh : نَصَرَ - كَتَبَ - دَرَسَ - قَعَدَ - خَلَقَ - أَمَلَ
semuanya berwazan : فَعَلَ .
E. PEMBAGIAN KATA
Kata dalam bahasa ‘arab terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Isim ( الإِسْمُ ) atau kata benda
2. Fi’il ( الْفِعْلُ ) atau kata kerja
3. Huruf ( الْحَرْفُ ) yaitu huruf yang memiliki makna.
1. Isim dilihat dari asal katanya terbagi menjadi 2, yaitu
1. Isim Jamid : isim yang tidak bisa di tasrif, contoh : الحجر
2. Isim Musytaq : isim yang bisa di tasrif. contoh : نَاصِرٌ ( penolong ) berasal dari kata نَصَرَ ( menolong ).
2. Fi’il dilihat dari waktu terjadinya dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Madhi ( الْمَاضِي ) yaitu kata kerja lampau
2. Mudhori’ ( الْمُضَارِعُ ) yaitu kata kerja sekarang atau akan.
3. Amr ( الأَمْرُ ) yaitu kata kerja perintah.
3. Fi’il dilihat dari Jumlah Huruf Aslinya terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Tsulatsi (الثُّلاَثِيُّ ) yaitu fi’il yang jumlah huruf aslinya tiga, contoh : نَصَرَ
2. Ruba’i ( الرُّبَاعِيُّ ) yaitu fi’il yang huruf aslinya empat, contoh : دَحْرَجَ
4. Fi’il Tsulatsi maupun Ruba’i terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Mujarrod ( الْمُجَرَّدُ ) yaitu bila semua hurufnya asli,
contoh : نَصَرَ dan دَحْرَجَ
2. Mazid ( الْمَزِيْدُ ) yaitu bila telah mengalami penambahan,
contoh : تَنَاصَرَ
5. Fiil dilihat dari faidahnya dibagi menjadi 2 yaitu
1.Muta'adi : kata kerja yang mempunyai obyek.
Contoh : ضرب زيد عمرا
2.Lazim : kata kerja yang tidak mempunyai obyek, contoh جاء زيد
6. Fiil di lihat dari aktif dan pasifnya dibagi menjadi 2 yaitu
1.Ma'lum : kata kerja yang memeliki subyek dan obyek,
contoh ضرب زيد عمرا
2.Majhul : kata kerja yang hanya memiliki obyek, contoh ضرب عمر
7. Fiil dilihat dari huruf 'ilatnya (ا-ي-و) dibagi menjadi 2 yaitu
1. Salim : fiil yang tidak ada huruf ilatnya. Fiil salim dibagi menjadi 3.
1. Sohih : fiil salim yang tidak ada huruf dobelnya,
contoh ضرب
2. Mudhoaf : fiil salim yang terdapat huruf dobelnya baik terpisah atau tidak,
contoh مد , قلقل
3. Mahmuz : fiil salim terdapat huruf hamzahnya. Fiil salim mahmuz dibagi menjadi 3
1. Mahmuz fa'I : fiil yang fa' fiilnya berupa huruf hamzah, contoh أمل
2. Mahmuz 'aini : fiil yang 'ain fiilnya berupa huruf hamzah,
contoh وأد
3. Mahmuz ya'I : fiil yang lam fiilnya berupa huruf hamzah,
contoh قرأ
2. Mu'tal : fiil yang ada huruf ilatnya.
Fiil mu'tal dibagi menjadi 4 yaitu
1. Missal : fiil yang fa' fiilnya berupa huruf ilat. Fiil mu'tal missal dibagi menjadi 2 yaitu
1. Missal wawi : fiil yang fa' fiilnya berupa huruf wawu,
Contoh : وعد
2. Missal ya'I : fiil yang fa' fiilnya berupa huruf ya', Contoh : يسر
2. Ajwaf : fiil yang 'ain fiilnya berupa huruf ilat. Fiil mu'tal ajwaf dibagi menjadi 2 yaitu
1. Ajwaf wawi : fiil yang 'ain fiilnya berupa huruf wawu,
Contoh : صان _ صوَن
 2. Ajwaf ya'I : fiil yang 'ain fiilnya berupa huruf y',
Contoh : سار ­_ سير
3. Naqis : fiil mu'tal yang lam fiilnya berupa huruf ilat. Fiil mu'tal naqis dbagi menjadi 2 yaitu
1. Naqis wawi : fiil yang lam fiilnya berupa huruf wawu,
Contoh : غز_ غزو
2. Naqis ya'i : fiil yang lam fiilnya berupa huruf ya',
Contoh : سرى _ سري
4. Lafif : fiil yang terdapat huruf ilat yang dobel. Fiil mu'tal lafif dibagi menjadi 2 yaitu
1. Lafif mafruq : fiil yang fa' fiil dan lam fiilnya berupa hurf ilat, contoh وقى
2. Lafif maqrun : fiil yang 'ain fiil dan lam fiilnya berupa huruf ilat, contoh شوى
TASRIF ISTILAHI
BAB
FI’IL TSULATSI MUJARROD
Fi’il Tsulatsi Mujarrod adalah bentuk kalimah fiil yang terdiri dari 3 huruf yang asli.
Fi’il Tsulatsi Mujarrod memiliki 6 wazan, yang kesemuanya bersifat SIMA’I, yaitu kita hanya mendengar dan mengikutinya dari orang-orang ‘arab terdahulu atau merujuk kepada kamus.
Wazan-wazannya yaitu :
Pertama : فعل يفعل
Kedua : فَعَلَ - يَفْعِلُ
Ketiga : فَعَلَ - يَفْعَلُ
Pada wazan ini ‘ain fi’il atau lam fi’il-nya berupa huruf halqi, (حلق) yaitu :
هـ - غ - ع - خ - ح - أ
Keempat : - يَفْعُلُ - فَعُلَ
Kelima : يَفْعَلُ - فَعِلَ
Keenam : يَفْعِلُ – فَعِل
BAB
FI'IL RUBA'I MUJARROD Dan MULHAQ
A. Fiil Ruba'I Mujarraod adalah bentuk kalimah Fiil yang terdiridari 4 huruf yang asli.
Fiil Ruba'I Mujarrod memiliki 1 wazan yaitu فعلل- يفعلل
B. Mulhaq ruba'I Mujarrod adalah bentuk kata fiil Tsulasi yang disamakan dengan Ruba'I Mujarrod. Jumlah wazan Mulhaq Ruba'I Mujarrod ada 7
Pertama : فعلل – يفعلل
Kedua : فوعل – يفوعل
Ketiga : فيعل – يفيعل
Keempat : فعول – يفعول
Kelima : فعيل – يفعيل
Keenam : فعلى – يفعلى
Ketujuh : فعنل – يفعنل
BAB
FI’IL TSULATSI MAZID
Fi’il Tsulatsi Mazid adalah bentuk kalimah yang terdiri dari 3 huruf asli dan di tambah huruf tambahan.
Fi’il Tsulatsi Mazid Dibagi Menjadi 3 yaitu :
1. Fiil Tsulasi Mazid Rubai
Fiil Tsulasi Mazid Rubai adalah bentuk kalimah fi'il yang terdiri dari 4 huruf, yang 3 huruf asal dan 1 huruf tambahan.
Fiil Tsulasi Mazid Rubai ada 3 wazan, yaitu :
Pertama : فعّل - يفعّل
dengan penambahan syaddah, memiliki makna merubah fi’il lazim ( in-transitif ) menjadi fi’il muta’addi ( transitif ), contoh : Kata فرِح bermakna “gembira”, bila diubah menjadi فرّح bermakna “menggembirakan”.
Bila fi’il aslinya sudah muta’addi, maka penambahan syaddah ini ber- makna ” intensitas “ atau “ berkali-kali ”, contoh : Kata قطَع bermakna “memotong” bila diubah menjadi قطّع bermakna “memotong-motong “.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : فاعل - يفاعل - فاعل
dengan penambahan alif, memiliki makna musyarokah atau “ saling “, contoh : Kata قتَل bermakna “membunuh” bila diubah menjadi قاتل bermakna “ sa- ling membunuh “ atau “ berperang “.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Ketiga : أفعل - يفعل - أفعل
dengan penambahan hamzah memiliki makna merubah fi’il lazim ( in-transitif ) menjadi fi’il muta’addi ( transitif ), contoh : Kata كرُم bermakna “mulia”, bila diubah menjadi أكرم bermakna “memuliakan”.
Dan masih ada makna-makna yang lainnya.
Di antara ciri fi’il tsulatsi mazid dengan penambahan 1 huruf ini yaitu HURUF AWAL pada fi’il mudhori’-nya selalu di-DHOMMAH.
2. Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi
Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi adalah bentuk kalimah fiil yang terdiri dari 5 huruf, yang 3 huruf asli dan yang 2 Huruf tambahan.
Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi ada 5 wazan
Pertama : تفعّل - يتفعّل - تفعّل
dengan penambahan ta’ dan syaddah memiliki makna takalluf atau “berupaya”, contoh : Kata علِم bermakna “mengetahui”, bila diubah menjadi تعلّم bermakna “berupaya untuk tahu” atau “belajar”.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : تفاعل -يتفاعل - تفاعل
Dengan penambahan ta’ dan alif memiliki makna musyarokah atau “saling” antara dua pihak atau lebih, contoh : kata ضرب yang bermakna “memukul”, bila diubah menjadi تضارب bermakna “saling memukul” antara dua pihak atau lebih.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnnya.
Ketiga : افتعل - يفتعل - افتعل
dengan tambahan hamzah dan ta’ memiliki makna muthowa’ah atau “hasil perbuatan”, contoh : kata جمع yang bermakna “mengumpulkan” bila diubah menjadi اجتمع bermakna “terkumpul”.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Keempat : انفعل - ينفعل - انفعل
dengan tambahan hamzah dan nun memiliki makna muthowa’ah atau “hasil perbuatan”, contoh : Kata كسر bermakna “memecahkan”, bila diubah menjadi انكسر bermaknma “terpecah”.
Dan masih da beberapa makna yang lainnya.
Kelima : افعلّ - يفعلّ - افعلّ
dengan tambahan hamzah dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh : Kata حمر bermakna “merah”, bila diubah menjadi احمرّ bermakna “sangat merah”. Wazan ini khusus untuk warna, perhiasan dan cacat fisik.
3. Fi’il Tsulatsi Mazid Tsudasi
Fi’il Tsulatsi Mazid Tsudasi adalah bentuk kalimah fiil yang berjumlah 6 huruf yang 3 huruf asli dan 3 huruf tambahan.
Fi’il Tsulatsi Mazid sudasi ada 4 wazan, yaitu :
Pertama : ستفعلا -يستفعل -استفعل
dengan penambahan hamzah, sin dan ta’ memiliki makna tholab atau permintaan, contoh : Kata غفر bermakna “mengampuni”, bila diubah menjadi استغفر bermakna “minta ampun”.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : افعوعل -يفعوعل -فعوعلا
dengan penambahan hamzah, wawu dan penggandaan ‘ain fi’il-nya memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh : kata عشِب bermakna “tumbuh rumput”, bila diubah menjadi اعشوشب bermakna “banyak tumbuh rumput”.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Ketiga : افعوّل - يفعوّل - افعوّل
Dengan penambahan hamzah dan wawu bersyaddah, memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh : Kata خرَط bermakna “redup”, bila diubah menjadi اخروّط bermakna “sangat redup”.
Keempat : افعالّ - يفعالّ - فعالّا
dengan penambahan hamzah, alif dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh : Kata حمِر bermakna “merah”, bila diubah menjadi احمرّ bermakna “sangat merah” dan menjadi احمارّ bermakna “sangat amat merah”.
BAB
FI’IL RUBA’I MAZID
Fiil Ruba'i Mazid adalah bentuk kalimah fiil yang terdiri dari 4 huruf asal dan ditambah huruf tambahan.
Fiil Ruba'i Mazid dibagi menjadi 2 yaitu
1. Ruba'I Mazid khumasi
Ruba'I Mazid khumasi adalah bentuk kalimah fiil yang terdiri dari 5 huruf, yang 4 huruf asal dan 1 huruf tambahan.
Fi’il Ruba’i Mazid khumasi hanya ada satu wazan, yaitu
Satu : تَفَعْلَلْ- يَتَفَعْلَلُ - تَفَعْلَلَ
dengan penambahan ta’ memiliki makna muthowa’ah atau ” hasil perbua tan”, contoh :
Kata دحرج bermakna “menggulingkan”, bila diubah menjadi تدحرج bermakna “terguling”.
Fi’il Ruba’i Mazid Khumasi Memiliki Mulhaq (Fiil Tsulasi mujarrod yang disamakan) yang berjumlah 7 yaitu :
Pertama : تفعلل
 Kedua : تفوعل
Ketiga : تمفعل
 Keempat : تفيعل
Kelima : تفعول
Keenam :تفعيل
Ketujuh : تفعلى
2. Fi’il Ruba’i Mazid Sudasi
Fi’il Ruba’i Mazid Sudasi adalah bentuk kalimah fil yang terdiri dari 6 huruf, yang 4 huruf asal dan yang 2 huruf tambahan.
Fi’il Ruba’i Mazid khumasi ada 2 wazan, yaitu :
Pertama : يفعنلل - - افعنلل
dengan penambahan hamzah dan nun memiliki makna muthowa’ah atau hasil perbuatan, contoh : Kata حرجم bermakna “mengumpulkan unta”, bila diubah menjadi احرنجم bermakna “terkumpul” atau “berdesakan”.
Fiil Ruba'i Mazid Sudasi berwazan افغنلل – يفعنلل memeliki mulhaq (Fiil Tsulasi mujarrod yang disamakan) yang berjumlah 2 yaitu
Pertama : افغنلل
Kedua : افعنلى
Kedua : افعللّ - يفعللّ
dengan penambahan hamzah dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh : Kata قشعر bermakna “berkerut”, bila diubah menjadi اقشعرّ bermakna “sangat berkerut”.
MANUNGGALING PASINAON
"GERAKAN SOSIAL PENDIDIKAN"
Minggu, 27 April 2014

04 December 2016

Pengertian ISIM dan Ciri - Cirinya

     Pengertian Isim
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلىَ مَعْنًى وَ لَمْ يَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ .
Artinya : “Jenis kata yang mengandung makna yang tidak terikat dengan waktu
   (tenses).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, ISIM (kata benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat abstrak (tidak dijangkau diindera).

2.2.      Ciri-Ciri Isim
Isim memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
  1. Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِْسْلاَمِ دِيْنًا
Kata yang di garis bawah (للهِ dan لإِْسْلاَمِ) di atas termasuk isim, dikarenakan akhiran katanya berupa harokat kasroh.
  1. Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.
    Contoh :
ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً
Kata bergarisbawah (مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً) di atas merupakan isim, terlihat dari adanya tanwin pada akhirannya.
  1. Terdapat لا pada awal kata
Contoh :
المَلِكُ القُدُّوْسُ السَّلاَمُ
2
Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim, karena bergandengan dengan لا.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan لا, maka isim tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda لا dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik itu لا saja atau tanwin saja.
  1. Terletak setelah huruf jer
Diantara huruf-huruf jer adalah : (مِنْ – إِلَى – عَنْ – عَلَى – فِي – رُبَّ – بِـ – كَا – لِـ.. )
مِنْ         : Dari         عَنْ        : Dari                                       بِـ          : Dengan
إِلَى        : Ke           لِـ           : Milik, Kepunyaan                 كَا          : Seperti
عَلَى       : Di atas     رُبَّ       : Betapa banyak, acapkali       فِي         : Di dalam
Contoh :
فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ
Dari contoh di atas, kata بَيْتٍ dan بُيُوْتِ , termasuk isim karena terletak setelah huruf jer.
  1. Idhofah (penyandaran) = Mudhof mudhof ‘ilaih : Jika terdapat dua kata yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka kedua kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh :    كِتَابُ مُحَمَّدٍ          : Kitabnya Muhammad
دِيْنُ الإِسْلاَمِ          : Agama Islam
Kata pertama sebagai mudhof (yg disandarkan) dan kata kedua sebagai mudhof ilaih (yang menyandarkan). Kata yang kedua di atas adalah isim, karena idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.

2.3.      Pembagian Isim
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.

3
  1. Isim Berdasarkan Jenisnya







Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim mudzakkar (laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian tersebut ada yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya sama sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan muannats hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus, sedangkan yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.
  1. Ciri Muannats Lafdzi: diakhiri dengan ta’ marbuthoh (ة)
Contoh : النَّافِذَةُ ، المَدْرَسَةُ
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
  • Alat tubuh yang berpasangan
Contoh: عَيْنٌ ، يَدٌّ ، أُذُنٌ ، رِجْلٌ
  • Benda yang tidak dapat dihitung
    Contoh: سَحَابٌ ، رِيْحٌ ، النَّارُ
  • Oleh orang Arab digolongkan muannats (sima’i)
    Contoh: النَّفْسُ ، السَّمَاءُ ، سُوْقٌ ، طَرِيْقٌ ، دَارٌ ، قَمَرٌ ، سَمْشٌ ، اَرْضٌ
  • Seluruh benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan (jamak).
    Kaidahnya: كُلُّ جَمْعٍ مُؤَنَّثٌ (setiap jamak adalah muannats)
Contoh: اَبْوَابٌ (pintu-pintu) نَوَافِذُ (jendela-jendela)
  1. Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim muannats seperti di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.
4
  1. Isim Berdasarkan Jumlah Benda

Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim mufrod, isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah bendanya satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya), biasanya ditandai dengan dhommah, fathah, kasroh.Isim mutsanna adalah isim yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui dari isim ini adalah akhirannya …َانِatau …َيْنِ untuk mudzakkar dan تَانِ atau تَيْنِ untuk muannats. Isim jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua satuan. Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim (جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّلِمِ), jamak muannats salim (جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّلِمِ) dan jamak taksir (جَمْعُ التَّكْسِيْرِ).
  1. Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah (ـُوْنَ) atau (ـِيْنَ) di akhirnya.
Contoh : مُسْلِمُوْنَ atau مُسْلِمِيْنَ berasal dari مُسْلِمٌ
  1. Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan rangkaian hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta’ marbuthoh di akhir kata yang menjadi ciri isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati menjadi ـَاتٌ atau ـَاتٍ.
    1. Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim muannats mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik ditambah atau dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda
5
khas, sehingga harus dihafal.
Contoh : اَبْوَابٌ berasal dari بَابٌ , نَوَافِذُ berasal dari نَافِذَةٌ
  1. Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim nakiroh (umum) dan isim ma’rifat (khusus).
  1. Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ ، ــٌ )
Contoh : هُدٌى ، كِتَابٌ
  1. Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
  • Isim yang diawali dengan Al (لا)
Contoh : الهُدَى ، الكِتَابُ
  • Isim dhomir (kata ganti)
  • Isim isyaroh (kata tunjuk)
  • Isim maushul (kata sambung)
  • Isim alam (nama)
  • Isim munada (yang dipanggil)
  • Isim idhofat (yang disandarkan)
Masing-masing jenis isim tersebut, akan dibahas berikut ini.
  1. Isim Dhomir
Kata ganti ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menggantikan isim tertentu.
Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir dibagi dua, yaitu isim dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir (tidak tampak dalam tulisan). Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz, sedangkan isim dhomir mustatir dibahas setelah membahas kalimat sempurna.
Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir bariz muttashil (tersambung dengan kata lain) seperti : لَكُمْ = كُمْ + لَ  dan isim dhomir bariz munfashil (berdiri sendiri) seperti : اَنْتَ ، هُوَ


6
  1. b.       Isim isyaroh ( اِسْمُ الاِشَارَةِ )
Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menunjuk isim-isim tertentu.
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ

  1. c.       Isim Maushul ( اِسْمُ الْمَوْصُوْلِ )
Isim maushul ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk mengkhususkan suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.
Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum (tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal atau yang tidak. Yaitu مَا (apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang tidak berakal (اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ ) dan مَنْ (siapa saja/barang siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).

  1. d.      Isim Alam ( اِسْمُ الْعَلَمِ )
Isim alam adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa membutuhkan penjelasan. Isim ini ma’rifat karena setiap nama menunjukkan isim tertentu. Pada bagian ini akan dikhususkan pada kata yang digunakan untuk nama manusia. yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
  • Isim khos (nama asli)
Contoh : عَائِشَةُ ، عُمَرُ
7
  • Kunyah ( كُنْيَةٌ ) : julukan
Adalah nama yang diawali dengan kata : اِبْنٌ ، اُمٌّ ، اَبٌdan بِنْتٌ
Contoh : اُمُّ الْمؤمنين ، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
  • Laqob ( لَقَبٌ ) : gelar
Diberikan khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam suatu perkara.
Contoh : الصِّدِّيْقُ ، الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.

  1. e.       Isim Munada ( اِسْمُ الْمُنَادَى )
Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat karena setiap objek yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si penyeru. Huruf nida terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk dekat dan jauh.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.
  • Isim munada mufrod
Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan tetapi tidak boleh pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya tetap rofa (salah satu tandanya dhommah).
Contoh : يَا مُسْلِمُ
  • Isim munada mudhofan
Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir untuk kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : يَا رَسُوْلَ اللهِ
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
8
  • Isim munada khusus lafdzul jalalah (اَللهُ)
Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini ada pengkhususan yaitu : bentuknya ma’rifat يَا اَللهُ dan huruf nida bisa diganti dengan huruf mim yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : اَللّهُمَّ
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” لا ” ataupun isim maushul, maka setelah يا tidak dapat langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar) dan اَيَّتُهَا (untuk isim muannats).
Contoh : يَااَيَّتُهَا النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
  1. f.       Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( اِسْمُ اْلإِضَافَةِ )
Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan tidak juga huruf) Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( مُضَافٌ ) sedangkan isim yang disandari disebut mudhof ilaihi (مُضَافٌ إِلَيْهِ ), yang merupakan isim ma’rifat adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof ilaihi dapat ma’rifat dapat pula nakiroh tergantung bentuknya. Yang perlu dipahami bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat, dan bentuknya tetap majrur (salah satu tandanya kasroh).
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
  • Tidak boleh ada ” لا “
  • Tidak boleh tanwin
  • Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di akhirnya dibuang.
Contoh :    رَسُوْلُ اللهِ            = اللهُ + رَسُوْلٌ
وَالِدَيْهِ                 = ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ         = اِسْرَائِيْلَ + بَنِيْنَ
  1. Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya


9
Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
  1. Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
  2. Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif mati atau ya’ mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur ( الاِسْمُ المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ ) seperti : الهَادِيْ ، القَاضِيْ
  3. Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu :  اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ .
Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa’ seperti : اَبُوْكَ ، اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ، فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا مَالٍ
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ
  1. Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa isim yang tidak ber ” لا ” dan bukan sebagai mudhof, akan tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif. Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :
  • Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti :  فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ dll.
  • Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk jamak yang sama dengan مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
  • Mengandung alif ta’nits mamdudah ( الف التأنيث الممدودة ) seperti : صَحْرَاءُ ، سَوْدَائُ ، حَمْرَاءُ